Minggu, 18 November 2012

Tidak Disadari, Lisan Juga Bisa Berbuat Syirik

Lebih samar dari jejak semut di atas
batu hitam di tengah kegelapan
malam
Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma –yang sangat luas dan
mendalam ilmunya- menafsirkan ayat
di atas dengan mengatakan,”Yang
dimaksud membuat sekutu bagi Allah
(dalam ayat di atas, pen) adalah
berbuat syirik. Syirik adalah suatu
perbuatan dosa yang lebih sulit
(sangat samar) untuk dikenali
daripada jejak semut yang merayap
di atas batu hitam di tengah
kegelapan malam.”
Kemudian Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma mencontohkan perbuatan
syirik yang samar tersebut seperti,
‘Demi Allah dan demi hidupmu wahai
fulan’, ‘Demi hidupku’ atau ‘Kalau
bukan karena anjing kecil orang ini,
tentu kita didatangi pencuri-pencuri
itu’ atau ‘Kalau bukan karena angsa
yang ada di rumah ini tentu
datanglah pencuri-pencuri itu’, dan
ucapan seseorang kepada kawannya
‘Atas kehendak Allah dan
kehendakmu’, juga ucapan
seseorang ‘Kalau bukan karena Allah
dan karena fulan’.
Akhirnya beliau radhiyallahu ‘anhuma
mengatakan, ”Janganlah engkau
menjadikan si fulan (sebagai sekutu
bagi Allah, pen) dalam ucapan-ucapan
tersebut. Semua ucapan ini adalah
perbuatan SYIRIK.” (HR. Ibnu Abi
Hatim) (Lihat Kitab Tauhid, Syaikh
Muhammad At Tamimi)
Itulah syirik. Ada sebagian yang
telah diketahui dengan jelas seperti
menyembelih, bernadzar, berdo’a,
meminta dihilangkan musibah
(istighotsah) kepada selain Allah. Dan
terdapat pula bentuk syirik (seperti
dikatakan Ibnu Abbas di atas) yang
sangat sulit dikenali (sangat samar).
Syirik seperti ini ada 2 macam.
Pertama, syirik dalam niat dan
tujuan. Ini termasuk perbuatan
yang samar karena niat terdapat
dalam hati dan yang mengetahuinya
hanya Allah Ta’ala. Seperti seseorang
yang shalat dalam keadaan ingin
dilihat (riya’) atau didengar (sum’ah)
orang lain. Tidak ada yang
mengetahui perbuatan seperti ini
kecuali Allah Ta’ala.
Kedua, syirik yang tidak diketahui
oleh kebanyakan manusia. Syirik
seperti ini adalah seperti syirik
dalam ucapan (selain perkara
i’tiqod/keyakinan). Syirik semacam
inilah yang akan dibahas pada
kesempatan kali ini. Karena
kesamarannya lebih dari jejak semut
yang merayap di atas batu hitam di
tengah kegelapan malam. Oleh karena
itu, sedikit sekali yang mengetahui
syirik seperti ini secara jelas. (Lihat
I’anatul Mustafid bisyarh Kitabut
Tauhid, hal. 158, Syaikh Shalih bin
Fauzan Al Fauzan)
Contoh Lisan yang Terjatuh dalam
Kesyirikan: Mencela Makhluk yang
Tidak Dapat Berbuat Apa-apa
Perbuatan seperti ini banyak
dilakukan oleh kebanyakan manusia
saat ini –barangkali juga kita-.
Lidah ini begitu mudahnya mencela
makhluk yang tidak mampu berbuat
sedikit pun, seperti di antara kita
sering mencela waktu, angin, atau
pun hujan. Misalnya dengan
mengatakan, ‘Bencana ini bisa terjadi
karena bulan ini adalah bulan Suro’
atau mengatakan ‘Sialan! Gara-gara
angin ribut ini, kita gagal panen’
atau dengan mengatakan pula,
‘Aduh!! hujan lagi, hujan lagi’. Lidah
ini begitu mudah mengucapkan
perkataan seperti itu. Padahal
makhluk yang kita cela tersebut
tidak mampu berbuat apa-apa kecuali
atas kehendak Allah. Mencaci mereka
pada dasarnya telah mencaci,
mengganggu dan menyakiti yang
telah menciptakan dan mengatur
mereka yaitu Allah Ta’ala. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,“Allah Ta'ala berfirman,
‘Manusia menyakiti Aku; dia mencaci
maki masa (waktu), padahal Aku
adalah pemilik dan pengatur masa,
Aku-lah yang mengatur malam dan
siang menjadi silih berganti.’ ” (HR.
Bukhari dan Muslim). Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda,”Janganlah kamu mencaci
maki angin.” (HR. Tirmidzi, beliau
mengatakan hasan shohih)
Dari dalil-dalil ini terlihat bahwa
mencaci maki masa (waktu), angin
dan makhluk lain yang tidak dapat
berbuat apa-apa adalah terlarang.
Larangan ini bisa termasuk syirik
akbar (syirik yang mengeluarkan
seseorang dari Islam) jika diyakini
makhluk tersebut sebagai pelaku dari
sesuatu yang jelek yang terjadi.
Meyakini demikian berarti meyakini
bahwa makhluk tersebut yang
menjadikan baik dan buruk dan ini
sama saja dengan menyatakan ada
pencipta selain Allah. Namun, jika
diyakini yang menakdirkan adalah
Allah sedangkan makhluk-makhluk
tersebut bukan pelaku dan hanya
sebagai sebab saja, maka seperti ini
termasuk keharaman, tidak sampai
derajat syirik. Dan apabila yang
dimaksudkan cuma sekedar
pemberitaan, -seperti
mengatakan,’Hari ini sangat panas
sekali, sehingga kita menjadi
capek’-, tanpa tujuan mencela sama
sekali maka seperti ini tidaklah
mengapa.
Perbaikilah Diri
Jarang sekali manusia mengetahui
bahwa hal-hal di atas termasuk
kesyirikan dan kebanyakan orang
selalu menyepelekan hal ini dengan
sering mengucapkannya . Padahal
Allah Ta’ala telah berfirman yang
artinya,”Sesungguhnya Allah tidak
mengampuni dosa syirik, dan dia
mengampuni dosa yang berada di
bawah syirik bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. (QS. An Nisa [4]:
116).
Oleh karena itu, sangat penting
sekali bagi kita untuk mempelajari
aqidah di mana perkara ini sering
dilalaikan dan jarang dipelajari oleh
kebanyakan manusia. Aqidah adalah
poros dari seluruh perkara agama.
Jika aqidah telah benar, maka
perkara lainnya juga akan benar.
Jika aqidah rusak, maka perkara
lainnya juga akan rusak.
Hendaknya pula kita memperbaiki diri
dengan selalu memikirkan terlebih
dahulu apa yang kita hendak
ucapkan. Ingatlah sabda Nabi yang
mulia shallallahu ‘alaihi wa
sallam,”Boleh jadi seseorang
mengucapkan suatu kata yang
diridhai Allah namun tidak ia sadari,
sehingga karena ucapannya ini Allah
mengangkat derajatnya. Namun boleh
jadi seseorang mengucapkan suatu
kata yang dimurkai Allah dan tidak ia
sadari, sehingga karena ucapannya
ini Allah memasukkannya dalam
neraka.” (HR. Bukhari)
Jika kita sudah terlanjur melakukan
syirik yang samar ini, maka leburlah
dengan do’a yang pernah diucapkan
Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam
’Allahumma inni a’udzubika an
usyrika bika sya’an wa ana a’lamu
wa astaghfiruka minadz dzanbilladzi
laa a’lamu’
(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu
dari perbuatan menyukutakan-Mu
dengan sesuatu padahal aku
mengetahuinya. Aku juga memohon
ampunan kepada-Mu dari kesyirikan
yang tidak aku sadari) (HR. Ahmad).

post. Esti arsiyanti 15

0 komentar:

Posting Komentar

 
;